Selasa, 26 November 2019

Inilah tips parenting untuk mengatasi anak yang sedang marah

Punya anak yang lekas marah dan tantrum tentunya menuntut orangtua untuk menjadi lebih penyabar. Daripada ikut marah-marah dan berakhir dengan sama-sama meledak, coba dulu kalimat-kalimat penenang dalam tips parenting ini.

1. Daripada berkata, “Jangan lempar-lempar barang!”

coba katakan, “Kayaknya Abang (atau panggilan untuk anak lainnya) ngak suka main ini ya, makanya di lempar-lempar terus.”

Teknik pembicara/pendengar ini dirancang untuk membantu mengkomunikasikan perasaan dengan cara yang non-konfrontatif. Hal ini tidak hanya untuk menjaga jalur komunikasi terbuka, tapi juga untuk memberikan model pengungkapan perasaan yang baik dari perspektif orangtua.

2. Daripada berkata, “Abang sudah besar! Ngak boleh begitu,”

coba katakan, “Anak besar dan orang dewasa kadang bisa marah/sedih. Ngak apa-apa, nanti perasaan itu akan hilang.”

Semakin besar anak, semakin besar masalah yang mereka hadapi. Mengatakan pada mereka bahwa anak yang sudah besar tidak boleh marah, sedih atau frustasi adalah hal yang salah. Hal ini juga dapat mendorong anak-anak untuk menekan perasaan mereka dengan cara yang tidak sehat.

3. Daripada berkata, “Jangan pukul ya!”

coba katakan, “Ibu tahu Abang marah, tapi ibu gak bisa biarin Abang mukul. Menyakiti orang lain itu salah.”

Ini adalah pesan tegas yang menunjukkan bahwa tidak apa-apa merasakan emosi marah, tapi tidak untuk tindakannya.

Tips parenting ini mengajarkan kita untuk memisahkan emosi dengan tindakan, agar anak belajar untuk mengontrol emosinya.

4. Daripada berkata, “Abang susah banget dibilangin!”

coba katakan, “Masalah ini susah ya, Bang? Ayo kita cari solusinya bareng-bareng.”

Tips parenting yang satu ini terdengar mudah, tetapi kita sering melupakannya.

Ketika anak-anak tidak mau mendengarkan orangtua, penting untuk memahami alasannya. Kalimat ini memperkuat gagasan bahwa Anda berada di tim yang sama dengan anak, dan akan membantunya menyelesaikan persoalan.

5. Daripada mengatakan, “Sudah! Kita pulang saja!

coba katakan, “Abang lelah, mari kita istirahat di rumah.”

BACA SELENGKAPNYA DI https://nurulqurandepok.com/inilah-tips-parenting-untuk-mengatasi-anak-yang-sedang-marah/

Precious moment part one

Selalu ada momen berkesan dalam hidup,yang tidak mudah dilupakan bahkan setelah melewati ribuan kejadian.

bagi saya salah satunya adalah hari ketika pasien IPD yang menjadi bahan observasi selama berminggu-minggu akhirnya menghembuskan nafas terakhir, di tengah kebingungan saya memperhatikan hasil CT-scannya yang tak juga saya pahami.

sedih,kesal,bingung,campur dalam satu mangkok bernama hati.apa yang harus saya lakukan?ujian tinggal beberapa hari lagi,sementara pasien saya “hilang”..PF macam apa yang nanti harus saya peragakan atas orang yang sudah tidak ada?atau ganti pasien?yang juga berarti mengganti judul tugas,cari daftar pustaka baru,dll,dll…pusingnya!!

kaku,saya menghadap Prof Dal (dosen pembimbing saya).beruntung sekali,pas di saat saya benar-benar membutuhkannya (biasanya setengah butuh),pas beliau ada.

kelu sekali lidah saat menceritakan masalah ini pada beliau,karena saya berhusnuzhon:pasti disuruh ganti pasien!

dengan sabar beliau mendengarkan saya,sampai uneg-uneg saya keluar semua.

dan beliau mengeluarkan nasehat yang sampai bertahun lamanya tak pernah saya lupakan:

“sylvi..kewajibanmu terhadap pasien itu ada lima”

“pertama,mendengarkan masalahnya”

“kedua,melakukan pemeriksaan fisiknya,baik olehmu sendiri maupun dibantu oleh alat”

“ketiga,menetapkan hasil analisamu berupa diagnosis”

“keempat,membantu pasienmu dengan terapi yang paling sesuai yang bisa kau usahakan”

BACA SELENGKAPNYA DI https://bsmijakarta.or.id/precious-moment-part-one/

Minggu, 17 November 2019

FITRAH BASED EDUCATION – UST. HARRY SANTOSA

Allah Maha Baik… Alhamdulillahirabbil’alamiin…

Ceritanya aku baru pindah ke Serang, terus gak lama kemudian ada seminar parenting ini, Alhamdulillah dimudahkan untuk bisa datang dan mendapatkan pencerahan ilmu dari ust. Harry…

Pertama kali tahu tentang ust. Harry Santosa dan buku Fitrah Based Education-nya dari salah satu materi kuliah saat Matrikulasi Institut Ibu Profesional. Sejak saat itu penasaran banget pengen denger konsep FBE langsung dari beliau atau baca bukunya. Tapi sampe sekarang belum punya bukunya, harus nabung dulu karena harganya lumayan, tapi emang sebanding dengan isi bukunya yang luar biasa bergizi.

---

Oke, berikut catatan seminar beberapa hari yang lalu, semoga bisa bermanfaat ya (boleh banget di-share)!

Fitrah anak >> suka bergerak >> suka bermain, bener gak?

Tapi seringkali orangtua meminta anaknya untuk cicing (Bahasa Sunda >> diam).

Fitrah bayi >> bangun shubuh bahkan dini hari, bener gak?

Tapi kebanyakan orangtua bilang ke anaknya “tidur lagi aja… masih malem/gelap…”

Fitrah anak >> suka berbicara, nanya ini itu “Itu apa?” “Ini apa?” belum selesai dijawab nanya yang lain lagi, bener gak?

Tapi banyak orangtua zaman now lebih asyik dengan gadget-nya atau mereka membawa pekerjaan kantor ke rumah sehingga tidak sempat menjawab apalagi ngajak ngobrol anaknya.

Sesungguhnya Allah sudah meng-install berbagai hal ke diri kita, sejak lahir!

Contoh:

Kebersihan. Bayi akan otomatis menangis ketika poop atau pipis.

Tapi seringkali fitrah itu tidak diikuti dengan tindakan yang tepat.

Penyimpangan fitrah contohnya: penggunaan pampers yang bahkan lebih dari batas waktu toleransi. Awalnya mungkin anak merasa risih, tapi lama-kelamaan jadi terbiasa. Salah siapa? Ini padahal efek jangka panjangnya bisa menimbulkan berbagai macam penyakit, salah satunya adalah kanker.

Orangtua itu penting, makanya Allah ciptakan pernikahan.

Jangan serahkan sepenuhnya pada lembaga/sekolah.

Lembaga/sekolah itu fungsinya untuk ta’lim atau pengajaran.

Jadi, apa tempat yang paling tepat untuk menumbuhkan fitrah anak?

RUMAH!

Rumah adalah tempat untuk menumbuhkan gairah belajar.

Rumah adalah tempat untuk menumbuhkan fitrah-fitrah anak.

Coba tanyakan pada diri sendiri!

BACA SELENGKAPNYA DI https://nurulqurandepok.com/fitrah-based-education-ust-harry-santosa-parentingaugust-31-2018by-miranti-banyuning-bumi-fitrah-based-education-fbe-menjadi-orangtua-hebat-mendidik-anak-sesuai-fitrah/

Pemalsuan Wajah Rokok

Tempo hari saya didatangi tiga pemuda di kantor yang menawarkan kesempatan menjadi donatur untuk sebuah acara seni. Awalnya saya tertarik mendengarkan karena berkaitan dengan drama musikal dengan pemerannya sendiri yang datang ke kantor saya. Hingga pada satu titik mood saya ambruk karena dengan bangga mereka menyebut satu yayasan terkenal yang berkaitan dengan produksi rokok sebagai inisiator acara ini.

Tak ada yang baru, sesungguhnya. Hanya saja, praktik ‘corporate social responsibility’ ala rokok terus saja gencar dilakukan meski sebenarnya mayoritas pakar corporate social responsibility (CSR) menolak gaya ‘CSR’ rokok sebagai bentuk tanggung jawab sosial. Laporan WHO menyatakan bahwa industri rokok dianggap masuk dalam kategori harmful industry sehingga tidak ada satu pun indeks socially responsible investment (SRI) yang menyertakan perusahaan rokok ke dalam portofolio investasinya. Para pakar CSR pun menolak berbagai keterlibatan industri rokok dalam aktivitas ilmiah CSR, seperti yang pernah terjadi dalam forum Ethical Corporation Asia di Hongkong pada tahun 2004. BAT dan Philip Morris, dua perusahaan rokok terbesar di dunia, awalnya terdaftar sebagai sponsor emas dan mengirim eksekutifnya sebagai pembicara, namun ditolak melalui petisi 86 pakar CSR dan etika bisnis.  Survey mutakhir pun menunjukkan bahwa kinerja CSR industri rokok termasuk yang paling rendah di kalangan industri. Survey CSR Monitor oleh Globescan pada tahun 2007 menunjukkan skor industri rokok jauh lebih rendah dari industri tambang, bahkan industri minuman beralkohol.

BACA SELENGKAPNYA DI https://bsmijakarta.or.id/pemalsuan-wajah-rokok/

Rabu, 06 November 2019

Peran Ayah Dalam Pendidikan – Ustadz Harry Santosa

Peran Ayah dalam Pendidikan

Al Quran lebih banyak mencatat peran Ayah dalam mendidik anak-anaknya. Dialog dialog indah antara Orangtua dan Anak di dalam Al Quran adalah dialog antara Ayah dan Anak. Lihatlah betapa indah dialog Luqmanul Hakim dan anaknya, betapa indah dialog Ibrahim AS dengan ananda Ismail AS.

“Yaa Bunayya (wahai ananda)” jika dilihat sepintas orang menyangka itu panggilan lembut seorang bunda pada anaknya namun ternyata begitulah Al Quran merekam dialog para ayah sejati memanggil lembut anak-anaknya.

Riset riset membuktikan peran keayahan (fatherhood) di sepanjang sejarah pada suku suku yang ada di muka bumi dalam mendidik menunjukan peran yang dominan. Bahkan sejak bermain, membacakan kisah, sampai kepada menuturkan narasi-narasi besar peran keluarga dalam peradaban adalah tugas para ayah.

Bermain dengan ayah, disimpulkan sebagai bentuk membangun sikap dalam bersosial anak anaknya.

Perintah bermain kepada anak, justru lebih ditekankan kepada ayah. “Barang siapa yang memiliki anak, hendaknya ia bermain dengannya dan menjadi sepertinya. Barangsiapa yang membuat anaknya bahagia maka pahalanya setara dengan membebaskan budak sahaya, dan barang siapa membuat anaknya tertawa, maka pahalanya setara dengan orang yang menangis karena takut kepada Allah.”

Jadi bukan tanpa alasan ketika banyak pakar pendidikan menyatakan bahwa tugas utama seorang ayah bukanlah mencari nafkah, namun mendidik anak-anaknya. Maka diperlukan kemampuan mencari nafkah yang smart, agar sang Ayah tidak meninggalkan peran mendidiknya di dalam keluarga.

Jadi apa sesungguhnya peran Ayah?

BACA SELENGKAPNYA DI https://nurulqurandepok.com/kulwap-peran-ayah-dalam-pendidikan-ustadz-harry-santosa/

Pengobatan Cara Nabi: Pengalaman Pribadi atau Petunjuk Ilahi?

Umat Islam meyakini bahwa Allah menurunkan obat untuk tiap penyakit. Nabi mendorong kaum muslimin untuk mencari pengobatan untuk penyakit, dan sahabat selalu mendengarkan nasihat Nabi yg berhubungan dengan pengobatan. Namun ada perbedaan pendapat tentang tip-tip pengobatan dari Nabi, ada yg mempercayai bahwa hal itu bagian dari informasi yang diterima dari Allah SWT., dan ada pula yang punya pendapat berbeda, bahwa tip-tip pengobatan itu adalah pengalaman pribadi dan hasil dari pengaruh lingkungan.

Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa setiap penyakit ada obatnya kecuali tua dan kematian. Hal ini menginspirasi para pasien dan dokter untuk selalu memiliki harapan. Orang yang sakit akan terus memilki harapan bahwa cepat atau lambat mereka akan mendapat obat yang menyembuhkan, sedangkan dokter akan terus bekerja keras menemukan obat untuk berbagai penyakit.

Namun, sebagian masyarakat bersikap berlebihan dalam hal ini, dan sikap berlebihan ini cenderung sia-sia. Sikap berlebihan cenderung merusak agama, sebagai mana juga merusak ilmu pengetahuan. Beberapa tips pengobatan nabi kepada para sahabat, adalah wajar berdasarkan latar belakang dan fakta bahwa Beliau adalah orang Arab, yang hidup di lingkungan Arab dan belajar kebudayaan masyarakat sekitar. Nabi pembelajar yang hebat, beliau cerdas, peka, & berwawasan akan berbagai hal. Sehingga beliau mampu belajar dari sekelilingnya.

BACA SELENGKAPNYA DI https://bsmijakarta.or.id/pengobatan-cara-nabi-pengalaman-pribadi-atau-petunjuk-ilahi/

Perniagaan tak Sekadar Menjual Barang dan Keuntungan

Limpahan laba tak boleh membutakan nurani seorang pedagang hingga berlaku tak jujur kepada pembelinya. Rasulullah SAW menekankan agar mengungkapkan keadaan sebenarnya barang dagangan yang ditawarkan kepada pembeli. “Tak halal bagi seseorang menjual, kecuali menerangkan kekurangan atau cacat yang ada barang itu.”

Said bin Abdullah, salah seorang mitra dagang Muhammad, mengagumi kejujuran yang melekat pada suami Siti Khadijah itu. Ia mengungkapkan, Muhammad merupakan sebaik-baik kawan-tidak memperdaya dan tidak pula mendebat. Kisah Said terungkap dalam hadis riwayat Abu Daud.

Menurut Muhammad Sopian dalam karyanya, Manajemen Cinta Sang Nabi, kejujuran merupakan cermin kemuliaan akhlak Rasul. Ini melahirkan rasa senang dan menumbuhkan kepercayaan bagi siapa saja yang bertransaksi dan menjalin kemitraan dengan beliau.

Transparansi dalam berbisnis tecermin pula dari sikap Rasul yang menentang curang dalam menakar atau menimbang suatu barang. Ia menyatakan, tidak ada yang diperoleh suatu kelompok yang mengurangi timbangan atau takaran, kecuali mereka akan didera kerugian.

BACA SELENGKAPNYA DI https://qyaboutique.com/?p=487